Senin, 17 Oktober 2016

Praktikum 2

RANCANGAN CAMPURAN BETON(Berdasarkan ACI Comittee 211)
Langkah 1: 
Pemilihan Nilai Slump
Langkah 2: Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat KasarPemilihan ukuran maksimum agregat kasar dilakukan sebagai pembatasan struktural untuk penulangan dan pemadatan. Biasanya ukuran maksimum agregat kasar ditentukan dalam spesifikasi, tapi apabila tidak ditentukan dapat menggunakan persyaratan sebagai berikut:
  1. 1/5 jarak terkecil antara 2 tepi bekisting
  1. 1/3 tebal pelat
  1. 3/4 jarak bersih selimut beton
  1. 2/3 jarak bersih antar tulang
Langkah 3:Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Kandungan UdaraJumlah air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai slump tertentu sangat bergantuk pada ukuran maksimum agregat, bentuk serta gradasi agregat dan juga pada jumlah kebutuhan kandungan udara pada campuran. 

Langkah 4:
Pemilihan Nilai Perbandingan Air Semen
Hubungan rasio air semen dan kekuatan beton yang dihasilkan seharusnya dikembangkan berdasarkan material yang sebenernya yang digunakan dalam pencampuran. Sebelum memilih nilai a/s, sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu nilai kuat beton rata-rata dengan cara:
fm = fc' + 1,64 Sd
fm : nilai kuat beton rata-rata
fc  : nilai kuat tekan karatkterisik (yang disyaratkan)
Sd : standar deviasi (dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini). Standar deviasi dipilih berdasarkan kondisi dan letak pengerjaannya.

Setelah didapat nilai fm, maka langkah selanjutnya menentukan perbandingan air semen dengan melihat tabel di bawah ini.

Langkah 5:
Perhitungan Kandungan Semen
Berat semen yang dibutuhkan adalah sama dengan jumlah berat air pencampur (step 3) dibagi dengan rasio air semen (step 4). 

berat semen=  (berat air pencampur)/(rasio air semen)

Langkah 6:
Estimasi Kandungan Agregat Kasar
Untuk menentukan kandungan agregat kasar, terlebih dahulu kita tentukan Modulus Kehalusan dari agregat. Semakin halus pasir dan semakin besar ukuran maksimum agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar yang dicampurkan untuk menghasilkan campuran beton dengan kelecakan (workabilitas) yang baik.Volume agregat kasar per 1 m3 beton adalah sama dengan fraksi volume yang didapat dari tabel dibawah ini. Volume ini kemudian dikonversikan menjadi berat kering agregat kasar dengan mengalikannya dengan berat isi kering dari agregat yang dimaksud.

BAK = MAK x VAK x Fk
BAK : Berat Agregat Kasar
MAK : Massa Agregat Kasar
VAK : Volume Agregat Kasar
Fk : Faktor Koreksi

Langkah 7:
Estimasi Kandungan Agregat Halus
Pertama, tentukan terlebih dahulu berat jenis beton segar dengan menggunakan Ukuran Maksimum Agregat.

Langkah 8:
Koreksi Kandungan Air pada Agregat
Karena dalam step sebelumnya agregat diasumsikan dalam kondisi SSD, maka kandungan air di dalamnya harus dikoreksi. 
BAK koreksi = BAK + ( BAK x Daya Serap Air Agregat Kasar )
BAH koreksi = BAH + ( BAH x Daya Serap Air Agregat Halus )

Langkah 9:
Koreksi Berat Air

ANALISIS DAN HASIL:

Berat Air koreksi = BBS - BAK koreksi - BAH koreksi - Semen



0 komentar:

Posting Komentar